Menutup akhir tahun, desainer Solo, Anitasari memamerkan karya kebayanya di JFP 2025.

0
IMG-20251218-WA0027

Jogja – Gelaran Grand Final Jogja Fashion Parade (JFP) – Fashion Design Competition Batik dan Lurik Sleman 2025 sukses menghadirkan panggung apresiasi terbesar bagi wastra lokal, Rabu (10/12/2025) di Atrium Sinta Sleman City Hall.

Anitasari desainer kota Solo turut berpartisipasi memamerkan 17 karya desain kebayanya, dengan brand esaje sikop, karya karya tersebut ditampilkan secara luwes dan elegan oleh model model dari Asmat Pro Jogja.

dalam kesempatan ini juga dilaksanakan JFP Fashion Designer 2025.

Ketua Dekranasda Kabupaten Sleman, Parmilah Harda Kiswaya, menyampaikan apresiasi atas perjalanan panjang para peserta hingga mencapai tahap puncak. Ia menegaskan bahwa kompetisi ini bukan sekadar lomba, melainkan ruang kreatif bagi generasi muda untuk mengangkat wastra lokal ke level yang lebih modern.

“JFP Fashion Design Competition bukan hanya penutup kegiatan akhir tahun, tetapi momentum untuk menghadirkan karya inovatif yang memadukan kekayaan budaya Sleman dengan perkembangan mode masa kini,” ujar Parmilah.

Parmilah juga menyoroti kuatnya dukungan berbagai pihak, Dekranasda se-DIY, instansi pemerintah, akademisi, pelaku industri kreatif, dan para perajin yang menjadi fondasi penting dalam menjaga keberlanjutan batik dan lurik Sleman.

Ketua Harian Dekranasda DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, yang hadir membuka acara, menekankan pentingnya menjaga identitas budaya melalui wastra. “Monggo kita sama-sama melakukan kegiatan mendunia. Tingkatkan semangat. Jadikan acara ini langkah awal menuju Yogyakarta sebagai kota fashion dunia,” pesannya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, Mae Rusmi, dalam laporannya menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi Dekranasda Sleman, Asmat Pro Group, serta dukungan Bank Indonesia Kanwil DIY dan Sleman City Hall. Ia berharap pemanfaatan batik dan lurik Sleman dapat semakin meluas, khususnya sebagai pilihan busana kerja modern di berbagai instansi.

Tiga praktisi mode nasional Afif Syakur, Phillip Iswardono, dan Wiwid Hosanna—bertindak sebagai dewan juri dengan menilai kreativitas, teknik konstruksi, hingga kemampuan finalis memadukan batik dan lurik menjadi busana kerja yang elegan dan aplikatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *