SOLO, IdNews.id – Pandemi COVID-19 sejak awal 2020 mengguncang ekosistem bisnis kecantikan di Surakarta. Penutupan sementara, pembatasan jam operasional, serta keengganan pelanggan datang langsung membuat arus kas salon, spa, dan klinik estetika menurun tajam. Omah Ayu Solo—salon rujukan di kota budaya ini—ikut terdampak. Karier pemiliknya, Ewien Firdaus (Ewin Arjayani), MUA ternama dengan pengalaman dua dekade di dunia rias, rambut, facial, nail art, serta perawatan wajah dan tubuh, mendadak tersendat. “Saat kursi layanan kosong, saya sadar bisnis harus dirombak, bukan ditunggu pulih sendiri,” kata Ewien dalam wawancara eksklusif.

Perubahan strategi menjadi titik balik. Dari model layanan tatap muka yang bergantung pada ruang dan durasi treatment, Ewien memindahkan fokus ke model bisnis yang lebih skalabel dan berbasis komunitas. Ia bergabung dengan sebuah komunitas wirausaha yang memperkuat literasi digital, manajemen tim, dan jaringan distribusi. Enam tahun berjalan, upaya itu membuahkan hasil yang terukur: profit kumulatif di atas Rp7 miliar, ekspansi jejaring ke 27 negara, serta tim yang kini tersebar di berbagai kota di Indonesia hingga mancanegara. “Kuncinya mengubah keterbatasan fisik menjadi keunggulan jaringan,” ujarnya.

Transformasi Omah Ayu Solo dari reputasi lokal menuju relevansi global berlangsung bertahap. Tahap pertama adalah memastikan produk dan layanan tidak lagi bergantung pada kursi salon; tahap kedua membangun komunitas sebagai mesin pertumbuhan—wadah rekrutmen, pelatihan, dan dukungan kinerja; tahap ketiga merawat narasi “terpuruk–bangkit–tumbuh” sebagai identitas merek yang memikat talenta dan pelanggan baru. Di balik layar, sosok Ewien yang penyayang kucing dan kuda menularkan disiplin perawatan ke manajemen tim: ritme kerja konsisten, empati, dan orientasi hasil.
Kisah Ewien merefleksikan dinamika sektor kecantikan Solo selama pandemi: ketika prioritas publik bergeser dari estetika ke kesehatan dan kebutuhan dasar, pemain yang bertahan adalah mereka yang cepat mendiversifikasi kanal penjualan, menata ulang proses, serta memanfaatkan komunitas sebagai akselerator pembelajaran. Data capaian Omah Ayu Solo menegaskan bahwa pemulihan bukan sekadar kembali ke sebelum krisis, melainkan melompat ke model baru yang lebih tahan guncangan.

Menutup perbincangan, Ewien menyerukan agar perempuan Indonesia terus mengasah potensi diri dan berdaya di berbagai lingkungan. “Perempuan Indonesia sangat layak untuk MERDEKA—Mandiri, bERDEdikasi, dan berKArakter,” tegasnya. Dari Solo, kisahnya menjadi peta jalan tentang bagaimana jatuh karena pandemi bisa berakhir pada panggung global—selama ada keberanian mengubah strategi dan kesetiaan pada kerja yang tekun
keren dan inspiratif